Fungsi Umum Teori
Belajar dan Contohnya
1. Sebagai kerangka riset
Contohnya : Ketika saya kecil, mama melarang kami
anak-anaknya kalau makan itu tidak boleh langsung dari kualinya, jadi harus
ditaruh dulu kedalam piring, karena kalau orang lain lihat, itu sangat tidak
sopan, tetapi saya pernah memakan makanan itu langsung dari kualinya, mama saya
langsung memarahi saya, dan saya tahu perbuatan itu sangat bagus untuk diulangi
lagi.
2. Memberikan kerangka organisasi untuk
item-item informasi
Contohnya : Waktu saya SD dulu, kalau ulang tahun itu
dibuatin kue tar sudah senang kali, tetapi lain halnya dengan adik saya, dia
tidak senang sama sekali, dia lebih suka dikasih kue dan kado juga.
3. Mengidentifikasikan sifat dari
peristiwa yang kompleks
Contohnya : Dulu waktu kecil, saya sangat heran
melihat balon yang satunya bisa terbang sedangkan yang satunya lagi tidak bisa
terbang, setelah saya belajar tentang udara, ternyata balon yang bisa terbang
itu diisi gas, sedangkan yang tidak bisa terbang itu hanya diisi udara biasa
saja(ditiup).
4. Mengidentifikasikan sifat dari
peristiwa yang kompleks
Contohnya : Ketika saya pertama kali naik lift bersama
teman saya, saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya tekan, dan
bagaimana saya bisa keluar. Tetapi saya melihat teman saya menekan tanda
panah yang ada didinding liftnya yang menandakan untuk membuka pintu, dan
angka-angkanya untuk menentukan lantai mana yang akan kita tuju. Saya mencoba
naik lift sendiri, dengan mengingat cara yang sama teman saya lakukan, dan
akhirnya sekarang saya sudah bisa naik lift sendiri.
5. Bertindak sebagai penjelasan kerja
dari peristiwa
Contohnya : Waktu saya dirumah, kalau hari minggu itu,
atau hari libur, saya pasti disuruh mama untuk memasak lauk yang akan dimakan
hari itu, saya sangat kesal dengan itu, kenapa harus saya saja yang masak,
kenapa adik saya ga ikut masak juga setidaknya bantuin saya, itu jadi suatu
kejengkelan yang muncul dari perasaan saya. Tetapi saya tetap memasak
juga, memasak masakan yang enak untuk keluarga. Setelah semua menyicipi masakan
saya, saya senang mereka semuanya suka, dan saya juga kembali berpikir, ternyata
apa yang disuruh mama untuk memasak itu adalah untuk membuat saya lebih bisa
memasak dan dapat mengetahui apakah orang lain juga menyukai masakan saya. Saya
sangat senang apalagi kalau semuanya memuji masakan saya itu enak.
Perspektif Psikologis Tentang Faktor-faktor Utama
dalam Belajar
Perspektif Behavioris
Perspektif behavior terdiri dari pengkondisian klasik,
pengkondisian berpenguat, dan koneksionisme. Pengkondisian klasik membahas
reaksi emosi sederhana, pengkondisian penguat adanya stimulus penguat yang diberikan agar
muncul respon yang diinginkan, sedangkan koneksionisme mendeskripsikan belajar
respon mandiri terhadap situasi.
Hukum belajar Thorndike megidentifikasikan arti
penting dari konsekuensi perilaku bagi proses belajar. Dari contoh saya diatas,
saya tidak mau lagi melakukan perbuatan yaitu memakan makan langsung dari
dalam kuali, karena selain saya dimarahi mama saya, orang lain juga menganggap
saya tidak sopan.
Pengkondisian klasik menjelaskan kontrol behavioral
atas refleks dan reaksi emosional sederhana, dan kemudian muncul konsep dan
pengkondisian operan yang menunjukkan perkembangan perilaku voluntary. Dari
contoh yang saya buat, saya yang awalnya merasa jengkel untuk memasak yang
akhirnya saya senang karena masakan saya dipuji oleh semua anggota keluarga.
Perspektif Kognitif
Pada perspektif kognitif terdiri dari teori gestalt,
teori pemerosesan informasi serta teori dan model motivasional. Teori gestalt
berfokus pada peran persepsi dalam memecahkan masalah. Teori pemerosesan
informasi merupakan bagaiman cara individu mengambil informasi dari lingkungan,
dan kemudian memproses, menyimpan, dan mengambil kembali informasi itu ketika
dibutuhkan. Teori dan model motivasional
menjelaskan proses kognitif kompleks, yang dinamakan metakognisi dan pemecahan
masalah.
Teori atribusi Weigner yang menjelaskan kalau
seseorang sudah puas dengan satu peristiwa sedangkan yang lainnya masih belum
puas dan ingin yang lebih lagi. Dari contoh saya, saya merupakan orang yang
sudah senang dibelikan kue tar pada saat saya ulang tahun, sedangkan adik saya
tidak senang hanya diberikan kue saja tapi harus ada kadonya juga.
Perspektif Interaksionis
Kondisi belajar Gagné merupakan perspektif
interaksionis yang mengintegrasikan hasil belajar behavioral dengan pemerosesan
inforamasi pembelajaran, dan juga bertindak sebagai jembatan antara
pengkondisian berpenguat dan teori kognitig.
Imitasi pada mulanya dianggap sebagai peniruan
langsung atas perilaku yang diamati. Teori kognitif sosial Bandura menjelaskan
fenomena penyesuaian yang tertunda. Dalam contoh, saya juga mengalaminya, yaitu
ketidak tahuan saya untuk naik lift menjadi saya tahu itu setelah saya melihat
teman saya bagaimana cara dia naik lift.
Perspektif Perkembangan Interaksionis
Teori perkembangan kognitif Piaget yang menerangkan
eksplanasi kontradiktif anak-anak terhadap kejadian-kejadian seperti mengapa
beberapa benda mengambang di air. Dan teori kultural-historis Vygotsky
mendeskripsikan peran dan simbol cultural dalam mengembangkan proses kognitif
yang lebih tinggi, seperti pengorganisasian atensi secara mandiri, persepsi
kategoris, pemekiran konseptual, dan memori logis.
Dalam contoh, saya memberikan contoh tentang
ketidaktahuan saya antara balon yang bisa terbang dan tidak bisa terbang, tapi
setelah saya belajar, ternyata balon yang bisa terbang itu diisi dengan gas
nitrogen, sedangkan yang tidak bisa terbang karena hanya diisi gas biasa saja.
Sumber:
Gredler, Margaret E.
(2011). Learning and Instruction Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.